NPM : 15110979
Kelas : 2 KA21
Cacing berukuran 23 cm ditemukan di otak wanita muda di Cina. Cacing tersebut berhasil diangkat setelah operasi otak penderita wanita di Provinsi Jiangsu, Cina. Enam bulan sebelumnya, wanita tersebut mengalami keluhan sakit kepala dan kejang sehingga didiagnosis epilepsi. Dalam pemeriksaan darah dicurigai terinfeksi parasit dalam tubuhnya.Pemeriksaan CT juga menunjukkan titik yang misterius terdapat di otaknya.Sekitar enam bulan kemudian, karena kejang-kejang tidak terkendali, pasien itu menjalani operasi.
Saat operasi, tim dokter menemukan granuloma, tipe khusus peradangan, di otak pasien. Dokter menduga itu penyebab epilepsi yang diderita pasien. Ternyata secara mengejutkan do dalam granuloma tersebut ditemukan cacing parasit sepanjang 23 centimeter yang diduga sebagai penyebab epilepsi. Para ahli mengatakan cacing parasit kemungkinan masuk ke otak setelah pasien memakan makanan yang mengandung telur cacing tersebut.Namun, asal cacing itu hingga kini belum diketahui.
Cacing pita Taeniadapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh.Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit .
Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian.Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium.Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada tengkorak. Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak.
Cacing Pita Cacing Pita atau Taenia ada;ah salah satu cacing yang dapat mengkontaminasi otak manusia. Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Suku Taeniidae. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.
Cacing dapat berkembang di bagian usus 12 jari di tubuh manusia, dan beberapa bulan cacing itu akan menjadi dewasa. Jumlah cacing pita bisa mencapai sekitar 1000 ekor dengan panjang antara 4 – 10 meter, dan terus hidup di tubuh manusia dan mengeluarkan telurnya melalui BAB (buang air besar).
Ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi parasit cacing atau telor cacing, maka larva yang ada di dalamnya akan menjadi cacing dalam perut manusia. Cacing ini akan menyebabkan seseorang merasa lemah, letih. Dan kekurangan vitamin B-12 yang menyebabkan terjadinya kekurangan darah, terkadang bisa menyebabkan munculnya penyakit pada syaraf otak, semisal dis-fungsi syaraf pusat.Larva-larva pada sebagian keadaan bisa mencapai otak dan menyebabkan terjadinya “sawan” atau naiknya tekanan dalam syaraf, pusing yang sangat, atau bahkan bisa menyebabkan lumpuh.
Ketika cacing ini sampai di usus 12 jari, maka akan keluar larva yang sangat banyak setelah 4 atau 5 hari dan kemudian masuk ke dalam dinding lambung. Kemudian iamasuk ke dalam darah, kemudian masuk ke sebagian besar jaringan organ tubuh. Larva kemudian berjalan persendian dan menjadi besar Maka orang tersebut akan menderita sakit seperti nyeri otot yang sangat. Terkadang penyakit itu berkembang hingga terjadi dis-fungsi kerja otak, dis-fungsi otot jantung dan paru-paru, ginjal, syaraf pusat.Dan terkadang penyakit ini bisa menyebabkan kematian, dan ini kecil persentasenya.
Siklus Hidup
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis.Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi, sementara Taenia saginatadikenal juga sebagai cacing pita sapi.
Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti.Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.
Manusia terkena taeniasis apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium. Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah :
§ Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
§ Gatal-gatal pada anus (77%)
§ Mual (46%)
§ Pusing (42%)
§ Peningkatan nafsu makan (30%)
§ Sakit kepala (26%)
§ Diare (18%)
§ Lemah (17%)
§ Merasa lapar (16%)
§ Sembelit (11%)
§ Penurunan berat badan (6%)
§ Rasa tidak enak di lambung (5%)
§ Letih (4%)
§ Muntah (4%)
§ Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
§ Pegal-pegal pada otot (1%)
§ Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan pernafasan (masing-masing <1%).
0 komentar:
Posting Komentar