Fakta Menguap

Minggu, 13 November 2011

Nama : Rinanda Nur Rizki
Kelas : 2 KA21
NPM : 15110979


Menguap adalah sebuah gerakan refleks menarik dan menghembuskan napas yang sering terjadi saat seseorang merasa letih atau mengantuk.Belum diketahui sebab mengapa orang-orang menguap, namun seringkali dikatakan bahwa penyebabnya adalah jumlah oksigen di paru-paru yang rendah.Ketika tubuh lelah atau di saat otak memerlukan oksigen untuk tetap bekerja, kita akanmenguap untuk mengikat lebih banyak oksigen dalam darah. Menguap mudah sekali menular – 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya. Dalam beberapa budaya, menguap merupakan suatu sikap antisosial sehingga saat menguap orang-orang dari kebudayaan tersebut akan menutup mulut mereka.

Menurut penelitian, menguap itu sangat penting bagi kesehatan.Yaitu berfungsi untuk meningkatkan asupan oksigen ke dalam otak melalui paru-paru. Fungsi menguap sama dengan peregangan otot sebelum olahraga yaitu memperlancar aliran darah dan detak jantung. Para peneliti juga menemukan bahwa sebelum melakukan hal yang besar, seseorang cenderung menguap.Contohnya seorang atlet yang menguap sebelum bertanding, pilot juga suka menguap sebelum terbang, dan bahkan pelajar yang menguap sebelum mengerjakan soal ujian.
Bukan hanya manusia saja yang menguap, binatang juga suka membuka mulutnya lebar-lebar dan menguap. Biasanya binatang akan menguap sebelum makan atau ketika akan berkelahi. Bahkan bayi yang berada dalam kandungan akan menguap sebelum berubah posisi dalam perut ibunya. Menurut para peneliti, menguap juga berhubungan tingkat intelegensia seorang anak.
Sekelompok peneliti lain dari Universitas Binghamton di New York pernah melakukan penelitian dan mengambil kesimpulan bahwa menguap berhubungan dengan temperatur otak seseorang, sebagai cara untuk “mendinginkan” temperaturnya. Ini mungkin menjawab mengapa seseorang yang letih seringkali menguap, karena kelelahan dan kekurangan istirahat meningkatkan temperatur otak secara berlebihan.
Menguap sepertinya merupakan kondisi pemulihan temperatur otak, seperti pada periode sebelum dan sesudah istirahat.Menguap secara berlebihan juga disinyalir merupakan tanda-tanda adanya fungsi pengaturan suhu yang tidak berjalan semestinya seperti ditemui pada penderita migrain dan epilepsi.
Peneliti  menyamakan kondisi otak kita seperti komputer, dan kompleksitas kerja otak sama dengan komputer akan bekerja secara efisien apabila dalam kondisi suhu yang sejuk. Tanpa kipas pendingin, suhu komputer akan meningkat pesat dan berhenti beroperasi. Pemanasan yang berlebihan inilah yang mendorong bekerjanya proses fisik lain untuk menurunkan temperatur di otak.
Menurut penelitian, menguap penting untuk mengatur temperatur otak.Jika menguap, berarti otak kita sedang kepanasan.Penemuan itu memecahkan beberapa misteri seperti mengapa menguap terjadi sebelum atau sesudah tidur.Selain mengapa suatu penyakit tertentu menyebabkan menguap dalam jangka panjang, dan bernafas lewat hidung serta mendinginkan kepala bagian atas bisa menghentikan menguap.
Otak seperti komputer. Otak bisa beroperasi dengan efisien jika dingin dan adaptasi fisik dilakukan akan mendinginkan otak. Penelitian itu menganalisa menguap yang terjadi pada parkit yang mewakili vertabrata.Burung dipilih karena memiliki otak relatif besar, dan hidup di alam liar yang sering terpapar panas. Dan yang terpenting tidak tertular menguap sebagaimana manusia atau binatang lain.
Penularan menguap dianggap sebagai mekanisme untuk menunjang agar kelompok tetap waspada terhadap bahaya.Dalam penelitian pada burung, ilmuwan memasukkan parkit dalam tiga kondisi berbeda.Temperatur yang ditingkatkan, temperatur tinggi dan temperatur yang dikontrol.Menguap tidak meningkat untuk dua kondisi pertama, dan menjadi dua kali lipat saat peneliti menaikkan temperatur.Penemuan ini dilaporkan di journal Animal Behavior.
Berdasarkan hipotesa pendinginan otak, peneliti menduga ada jeda panas sebelum menguap bisa terjadi. Sebagai contoh, menguap tidak terjadi saat temperatur tidak melebihi temperatur tubuh, karena mengambil napas dalam-dalam dari udara hangat akan kontra produktif. Sedangkan menguap saat udara sangat dingin akan berbahaya karena mengirim udara dingin ke otak dan bisa menghasilkan hentakan panas.
Bisa Menular
Menurut hasil penelitian yang dituangkan dalam jurnal Child Development, kemampuan orang untuk tertular ini juga terkait dengan kemampuan sosialnya. Peneliti dari Universitas Connecticut meneliti 120 anak dari usia 1 hingga 6 tahun. Di saat membacakan sebuah cerita, pembaca akan berhenti dan menguap di depan anak-anak. Namun, kurang dari 10 persen anak berusia kurang dari 4 tahun membalasnya dengan ikut menguap.Pada anak yang lebih tua, respon menguap sangat signifikan terjadi yaitu 35-45 persen. Peneliti mengetahui bahwa kehidupan sosial anak berkembang setelah beberapa tahun pertama..
Walaupun, anak balita sangat sensitif terhadap ekspresi orang lain, otaknya belum dapat meniru orang lain secara tidak sadar. Padahal, pada orang dewasa hal ini sering terjadi. Pada beberapa poin, peneliti seperti mengambil emosi orang lain tanpa pernah terpikirkan sebelumnya,”.
Pada penelitian kedua, para peneliti menggunakan anak-anak penderita autis sebagai partisipan dengan menggunakan skenario yang sama. Mereka menemukan bahwa anak kecil penderita autis tidak tertular untuk ikut menguap.Hanya 11 persen dari partisipan yang berumur 5 sampai 12 tahun yang dapat tertular. Hal ini sangat berbeda pada anak-anak normal dengan umur yang sama karena terdapat 43 persen anak yang ikut menguap.
Walaupun anak autis tidak memiliki masalah dalam mengidentifikasikan ekspresi orang lain, otak mereka tidak dapat meresponnya. Mereka tidak mengembangkan hubungan emosional dengan orang-orang di sekitar mereka secara otomatis. Hubungan antara kondisi otak yang mengatur kehidupan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupan dapat diaplikasikan untuk mengetahui dan mencegah anak terkena autis atau tidak.


0 komentar:

Posting Komentar

Pages