WE KNOW NOTHING OR WE KNOW ALL THINGS

Sabtu, 16 Oktober 2010

 

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kepada kita sesuatu yang sangat berharga,
dan pemberian itulah yang membedakan kita dengan makhluk lainnya yang diciptakan Allah SWT,
yakni apa yang disebut dengan "akal", dengan akal tersebut kita di suruh untuk berpikir. Mencari tahu
apa-apa yang ada di atas permukaan bumi ini, menganalisis sesuatu, serta menemukan akar
permasalahannya, selanjutnya ditemukan solusi dan alternatif pemecahannya, kemudian diberikan
kesimpulan dan beberapa rekomendasi sebagai suatu proses dari rasa keinginan tahuan terhadap
suatu persoalan.
Koentjaraningrat seorang Antropolog mengatakan bahwa suatu ciri khas manusia adalah bahwa ia
selalu ingin tahu; dan setelah itu ia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka segera
kepuasannya disusul lagi dengan kecendrungan untuk ingin lebih tahu lagi. Begitulah seterusnya,
hingga tidak sesaatpun ia sampai pada kepuasan mutlak untuk menerima realitas yang dihadapinya
sebagai titik terminasi yang mantap.
Sifat keingintahuan tersebut kalau direnung-renung dengan akal sehat, merupakan kodrati manusia,
keingintahuan" terhadap sesuatu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukannya. Di dalam kehidupan
sehari-hari manusia secara langsung sifat tersebut teraplikasi di dalam dirinya. Alam yang terben-
tang luas ini merupakan "rahasia" yang perlu dipikirkan dan dikaji oleh kita dan banyak masalah-
masalah yang perlu dikaji, baik masalah pendidikan, sosial budaya, sosial ekonomi, dekadensi moral,
dan sebagainya.
Dari rasa keingintahuan itulah akan menimbulkan budaya meneliti bagi seseorang, apalagi seorang
pendidik, dalam hal ini guru. Guru yang baik adalah guru yang mau belajar, mau membaca dan mau
mendengar sehingga memiliki kemampuan dan wawasan berpikir ilmiah. Ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan hitungan detik dan menit senantiasa berubah, guru harus mampu
mengakselerasikan perubahan tersebut, kalau tidak maka akan terasa kerdilnya kita.
Budaya meneliti harus selalu dikembangkan dan diaplikasikan, dengan budaya tersebut, maka kita
tahu dan paham dengan berbagai persoalan dan menemukan solusinya, demikian pula akan mampu
memberikan suatu kesimpulan dari suatu permasalahan. Mana kita tahu, mengapa nilai belajar anak
didik kita merosot, selama ini kita hanya menyalahkan anak didik kita yang malas belajar, kurikulum
yang terlalu padat, atau alat evaluasilah yang kurang shahih, atau gurulah yang tidak mampu
mengajar, hal-hal tersebut bisa saja dijadikan indikator. Akan tetapi ada hal-hal mustahak yang tidak
kita ketahui, bagaimana untuk mengetahui persoalan yang mustahak itu, harus melalui suatu
penelitian.
Dengan penelitian itulah kita mengetahui dan memahami akar permasalahan (grassroot), dan dengan
demikian akan menjadi suatu rekomendasi yang sangat berharga bagi perkembangan dan kemajuan
dunia pendidikan. Selanjutnya bagi pelaksana pendidikan maupun para pengambil keputusan kiranya
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk terus memacu dan meningkatkan kinerjanya ke depan.
Karena pada kesempatan ini guru berkecimpung dalam dunia pendidikan, maka masalah yang perlu
kita teliti tentu menyangkut masalah pendidikan. Selain dari pada itu yang perlu diketahui oleh guru
bahwa budaya meneliti itu berguna bagi guru ? Budaya meneliti bagi guru dimulai dari suatu masalah,
ketidak sesuaian antara desain dan desollen, antara apa yang ada dengan apa yang akan
diharapkan. Akibat ketidaksesuaian tersebutlah menimbulkan permasalahan, dan dari permasalahan
tersebut dilakukan kajian, dan dari kajian itu kita menemukan jalan keluarnya.
Sebenarnya banyak hal yang dapat menjadi bahan kajian dari guru, jika guru ingin mengembangkan
budaya meneliti. Karena guru secara langsung terlibat di dalam proses belajar mengajar, setiap saat
guru bertungkuslumus dengan berbagai permasalahan, apakah menyangkut dengan hasil belajar
anak, disiplin belajar anak, proses pembelajaran guru, hubungan guru dengan siswa, unjuk rasa para
siswa, tata tertib sekolah, tata krama siswa, keterampilan mengajar guru, organisasi siswa, peran
orang tua terhadap anak, dan masih banyak persoalan yang dapat dikembang dalam suatu
penelitian.




 Demikian pula persoalan yang ditemukan di luar lingkungan sekolah, seperti kenakalan remaja, tertib
berlalu lintas, maraknya narkoba, kebut-kebutan dijalan, prostitusi, judi dan minuman keras, Wanita
Tuna Susila, siskamling, tawuran antara pelajaran, dan masih banyak persoalan yang dapat diangkut
oleh guru, kalau benar-benar ingin mengembangkan budaya meneliti.
Terasa dan sangat dirasakan sekali, sebenarnya budaya meneliti tidak terlepas dari kebiasaan
seseorang dalam tulis menulis ilmiah. Guru yang selalu melakukan kegiatan membuat karya ilmiah,
maka ini merupakan salah satu pengembangan budaya meneliti. Namun, budaya ini memang kurang
diminati para guru, dan guru kurang terbiasa melakukan hal ini, karena mungkin kesibukan mengajar
sehingga waktu untuk digunakan menulis dan meneliti kurang tersedia, atau bisa saja
ketidaktahuannya bagaimana menulis suatu karya ilmiah, dan mungkin saja menulis karya ilmiah
hanya tugas para dosen di perguruan tinggi saja, dan banyak faktor lainnya yang menyebabkan
keengganan guru dalam mengembangan budaya menulis atau meneliti.
Kalau benar-benar direnungkan, tidak ada kata "tidak bisa" di atas dunia ini, tidak ada kata sukar jika
dicoba. Belum dicoba sudah mengatakan tidak bisa dan sukar dilakukan, mana mungkin suatu
keinginan akan tercapai. Oleh sebab itu,memang diperlukan motivasi dan proaktif seseorang untuk
dapat mengembangkan budaya meneliti. Perlu diketahui kiat-kiat suatu penelitian, perlu banyak
membaca, mengamati, dan mengevaluasi, nah inilah yang menjadi modal bagi guru jika ingin
mengembangkan budaya meneliti. Bagaimana kita mau perang, jika strategi perang dan senjata yang
akan digunakan tidak kita ketahui, demikian pula untuk mengembangkan budaya ini, kita harus
memiliki seperti apa yang disebutkan di atas.
Ke depan, budaya meneliti akan menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru, apalagi berkaitan
dengan kenaikan pangkat. Naif rasanya apabila anak didik kita rangsang untuk meneliti karya ilmiah
dalam rangka Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), guru pembimbing sendiri tidak pernah melakukan
suatu penulisan atau penelitian. Bagaimana kita bisa memberikan nilai suatu karya ilmiah, kita sendiri
belum pernah mencobanya, oleh sebab itu layak kiranya kita para guru sedini mungkin mencoba
untuk meluangkan waktu untuk mengembangkan budaya menulis dan meneliti ini, cobalah dengan
metode "trial and eror", biarlah pada awalnya penilaian orang belum baik, karena kita selalu bertanya
dan belajar terus,
Pengalaman menunjukan, bahwa pada tahap awal, apapun yang kita lakukan dan sangat-sangat
dirasakan pasti banyak kelemahan dan kekurangan. Kekurangan itu sangat dimaklumi, namanya
orang baru belajar, masih untung mau melakukan dari pada tidak sama sekali. Akan tetapi kita
berharap jangan sampai patah arang, hilang motivasi, dan jangan malu bertanya. maka tidak mustahil
suatu waktu karya kita akan bermutu, dan akan tetap mengembangkan budaya meneliti ini sampai
kapan pun.





Mencari Tahu Mengapa Kita Ada!




http://3.bp.blogspot.com/_J-0St2WBwnQ/S_gCN5gNr6I/AAAAAAAAHoc/juYWxpJNvsg/s320/ring-galaxy.jpg


Jakarta: Agaknya kenyataan bahwa materi dan partikel antimateri saling menghancurkan
memang tak terelakkan dan telah membingungkan para ahli fisika. Terutama soal bagaimana
kehidupan, alam semesta,
dan segala sesuatu yang bisa eksis.
Tetapi hasil terbaru dari ekperimen akselerator partikel mengaju bahwa materi agaknya akan
unggul pada akhirnya.
Penelitian telah menunjukkan pertanda kecil tapi cukup signifikan bahwa perbedaan 1 persen
antara jumlah materi dan antimateri yang dihasilkan, yang dapat menjadi petunjuk bagaimana
keberadaan kita (manusia) yang
mendominasi bisa muncul.
Teori saat ini, yang dikenal sebagai Model Standar dari partikel fisika, telah diprediksi
beberapa pelanggaran simetri materi-antimateri, tetapi tidak cukup untuk menjelaskan
bagaimana alam semesta bisa muncul dengan sebagian besar terdiri dari materi dengan sisa
jejak samar antimateri.
Tapi eksperimen terbaru memuncul rasio ketidakseimbangan materi terhadap antimateri yang
melampaui ketidakseimbangan yang diprediksi oleh Model Standar. Secara khusus, fisikawan
menemukan perbedaan 1 persen antara pasang muons dan antimuons yang muncul dari
peluruhan partikel yang dikenal sebagai mesons B.
Hasil eksperimen ini telah diumumkan pada Selasa, berasal dari analisis data selama delapan
tahun dari Tevatron Collider di Departement of Energy’s Fermi National Accelerator
laboratory di Batavia, Illinois.
“Banyak dari kita merasa merinding ketika kita melihat hasilnya,” kata Stefan Soldner-




Rembold, seorang ahli fisika partikel di University of Manchester di Britania Raya. “Kami
tahu kami melihat sesuatu di luar apa yang telah kita
lihat sebelumnya dan melampaui apa yang bisa menjelaskan teori-teori saat ini.”
Tevatron Collider dan sepupunya yang lebih besar, Large Hadron Collider di CERN di Swiss,
dapat menghancurkan partikel materi dan antimateri bersama-sama untuk menciptakan
energi, serta partikel baru dan antipartikel.
Jika tidak, antipartikel hanya timbul karena peristiwa ekstrim seperti reaksi nuklir atau sinar
kosmis dari bintang-bintang sekarat.
Pengukuran dibuat oleh kolaborasi DZero, sebuah kelompok internasional beranggotakan 500
orang, masih dibatasi oleh jumlah tumbukan yang
tercatat sapai sejauh ini. Itu berarti fisikawan akan terus mengumpulkan data dan analisis
mereka.
Para peneliti datang dengan temuan terakhir mereka dengan melakukan analisis data buta,
sehingga mereka tidak melakukan bias terhadap analisis mereka berdasarkan apa yang
mereka diamati. Mereka telah mengirimkan hasilnya ke jurnal Physical Review D.
zonaindo.com


Editor: leni | Sumber: MedanTalk





















WE KNOW NOTHING IS BETTER WE KNOW ALLTHING? Mengapa demikian?
Bukankah mengatahui segala hal lebih baik di banding tidak mengetahui hal apa pun?






Mungkin kita pernah mendengar pepatah yang berbunyi “manusia tidak pernah puas”, saya
menangkap pepatah ini dalam dua pengertian yakni negatif dan positif. Negatif karena
terkadang dalam kehidupan ekonomi manusia tidak pernah puas akan apa yang telah
dimilikinya dan terus mencoba melebihi apa yang sudah jadi batas kemampuannya, sehingga
sehingga hidupnya bersifat konsumtif bukan produktif. Positif karena manusia tak pernah
puas akan ilmu, pengetahuan, informasi, dsb yang dimilikinya sehingga manusia akan terus
dan terus belajar dalam hidupnya. Inilah maksud dari “We Know Nothing” sebagai manusia
terus belajar dan menggali ilmu adalah hak tiap individu. Dalam menggali ilmu (pendidikan)
biasanya kita langsung berfikir tentang sekolah padahal menggali ilmu itu sendiri dibagi
menjadi 2 macam, formal dan non formal*:



· Pendidikan formal: merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

· Pendidikan nonformal: paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan
dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap
mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.Selain itu, ada juga
berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
Program – program PNF yaitu Keaksaraan fungsional (KF); Pendidikan Kesetaraan A,
B, C; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); Magang; dan sebagainya Lembaga PNF
yaitu PKBM, SKB, BPPNFI, dan lain sebagainya.

Dalam dunia yang terus berkembang, tentu kita dituntut untuk terus belajar dan menggali
informasi. Banyak cara yang bisa kita lakukan dalam menggali informasi baik itu membaca,
bergaul, bermain, dsb kita bisa mendapatkan informasi bahkan belajar suatu hal. Kita harus
membuka wawasan kita ke lingkungan sekitar, kita harus membuka mata dan telinga akan
apa yang ada di sekitar kita karena apa yang kita dapatkan di sekolah maupun perkuliahan
tidak akan bermakna jika kita tidak mengaplikasikannya di masyarakat. Di era globalisasi ini
setiap individu memang dituntut lebih kreatif, kekreatifitasan ini tentu bisa didapatkan dari
masyarakat. Orang yang menutup mata-telinganya akan apa yang ada dan terjadi di
masyarakat tidak akan pernah berkembang. Menutup mata-telinga maksudnya adalah tidak
mau mencari akan informasi dari lingkungan sekitar, baik itu dalam dunia nyata maupun
dunia maya.

Belajar tentu harus memiliki motivasi tertentu, mengapa demikian? Ini dikarenakan belajar
haruslah berdasarkan niat dari diri individu itu sendiri. Dengan adanya niat yang kuat akan
muncul suatu motivasi yang membuat belajar menjadi semakin mengasyikan. Belajar yang
monoton akan menimbulkan suatu kejenuhan. Inilah yang sedang marak terjadi di pendidikan
Indonesia. Begitu banyak tuntutan kepada murid baik itu tugas maupun materi pada
kurikulum yang padat dan berubah-ubah. Saat saya di SMA, guru saya pun ikut kerepotan
akan kurikulum pendidikan yang padat dan kerap kali berubah. Menurut saya situasi seperti
inilah yang membuat siswa-siswi stress, terbebani dalam belajar, dsb. Hal tersebut bisa kita
lihat dari perilaku siswa-siswi di sekolah seperti: bolos sekolah, nongkrong setelah pulang
sekolah (dengan anggapan untuk refreshing), dsb. Mungkin ada benarnya kalau belajar itu
tidak boleh enaknya saja, namun kita seharusnya mencontoh negara maju yang memiliki




system pendidikan lebih efektif. Kita ambil contoh dari Jepang, berikut adalah salah satu
sekolah menengah atas ternama di negeri matahari tersebut** :



Kita telah membahas apa maksud dari “WE KNOW NOTHING” , belajar dalah kata kata
kuncinya. Lalu bagaimana dengan “WE KNOW ALLTHING” mengapa mengetahui segala
hal tidak jauh lebih baik daripada mempelajari berbagai hal? Mengetahui berbagai hal
memang didambakan setiap orang, karena ini terkesan menggambarkan orang yang cerdas,
pandai, berwawasan luas, dsb. Namun tahukan kalian akan dampak yang negatif dari “WE
KNOW ALLTHING” ini? Kadang orang yang sudah mengetahui segala hal akan menjadi
sombong dan malas, karena dia merasa dirinya telah mencapai titik puncak dari suatu
pengetahuan. Ini juga bisa berdampak ke hubungan sosial, orang di sekitarnya tidak akan
memiliki interesting dalam berbicara dengan dirinya. Ini hanya sebagai contoh mengapa “WE
KNOW ALLTHING” tidak lebih baik dari “WE KNOW NOTHING” karena menurut saya
ini hanyalah perbedaan paham dan cara kita memandang bagaimana kita menghadapi ilmu
pengetahuan dan informasi di sekitar kita. Mudah saja, orang yang berfikiran “WE KNOW
NOTHING” akan terus berkembang dibandingkan dengan orang yang berfikiran “WE
KNOW ALLTHING”.

*** Tom Krause “Jika kau hanya melakukan apa yang kau tahu bisa kau kerjakan, kau tidak
akan bisa berbuat lebih.” Tom Krause (1934), motivator, guru, dan pelatih”. Kalimat emas ini
jelas menggambarkan jika kita hanya melakukan apa yang kita bisa dan ketahui itu hanyalah
akan menjadi sia-sia, karena kita tidak akan mendapatkan hal yang berguna untuk masa
depan kita. Mencoba hal baru adalah hal yang dianjurkan dalam quotes ini, karena dengan
bereksperimen akan hal yang belom pernah kita lakukan akan memberikan pengetahuan baru
yang tentunya akan berguna untuk masa depan kita. Kita tahu pengalaman adalah guru yang
paling baik, maka dari itu dengan kita mencoba berbagai hal kita akan mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang membuat kita menjadi semakin matang. Masa muda adalah
masa yang berapi-api, begitulah yang dikatakan oleh raja dangdut Indonesia bang haji Rhoma
Irama. Menurut saya hal ini sangat positif dalam pengertian semangat yang tinggi dalam
meraih cita-cita juga berbagai hal tentang hidup. Hal tersebut juga bisa digunakan di berbagai
macam hal, sebagai contoh berikut ini adalah tips untuk menjalankan bisnis dari sebuah
pengalaman****:

Orang yang belajar dari pengalaman hidupnya adalah orang yang tergolong “WE KNOW
NOTHING” karena dia selalu belajar akan apa yang pernah dialaminya maupun akan apa
yang ada di depannya.

Dengan terus belajar dan berdoa tentu bisa meraih sukses. Tanpa perlu meniru orang lain kita
pun bisa meraihnya dengan cara kita sendiri.

Kutipan:

* http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan



Socrates



Bagi saya, all I know is that I know nothing , karena ketika aku tidak tahu apa keadilan, aku tidak
akan tahu apakah itu semacam kebajikan atau tidak, atau apakah orang yang memiliki itu bahagia
atau tidak bahagia .

Diogenes Laertius

 Socrates seperti dikutip dalam Kehidupan Eminent Filsuf

. Aku tahu apa-apa kecuali kenyataan ketidaktahuan saya.
. Seringkali ketika melihat massa hal untuk dijual, ia akan berkata pada dirinya sendiri,
'Berapa banyak hal Aku tidak membutuhkan! "
. Memiliki paling sedikit ingin, saya terdekat kepada para dewa.
. Hanya ada satu yang baik, pengetahuan, dan satu jahat, kebodohan.


 Varian: Satu-satunya kebaikan adalah pengetahuan dan kejahatan satu-satunya adalah
kebodohan. Plato terkenal akun sidang dan kematian Socrates.

. Saya melakukan apa-apa tetapi pergi tentang membujuk kalian semua, tua dan muda
sama, tidak mengambil pemikiran bagi orang-orang atau properti Anda, tetapi dan
terutama untuk peduli terhadap peningkatan terbesar jiwa. Saya memberitahu Anda
bahwa kebajikan tidak diberikan oleh uang, tetapi bahwa dari kebajikan datang uang
dan setiap yang baik lainnya manusia, publik maupun pribadi. Hal ini mengajar saya,
dan jika ini adalah doktrin yang merusak pemuda, saya orang nakal.
o Maaf, 30a-b


. lain.
o Maaf, 30e


. Kehidupan teruji bukan kehidupan yang berharga bagi manusia). (Ho de
. Varian Terjemahan:
(Lebih erat) Kehidupan unexamining bukan kehidupan yang berharga
bagi manusia
Kehidupan yang tidak teruji bukan kehidupan yang berharga.
Sebuah kehidupan yang tak terperiksa bukan kehidupan yang
berharga.
Kehidupan yang tak terperiksa bukan kehidupan bagi manusia.
Hidup tanpa penyelidikan bukan kehidupan yang berharga bagi pria.




. Jam keberangkatan telah tiba, dan kami menempuh jalan kami - aku mati dan kamu
untuk hidup. Mana yang lebih baik, hanya Tuhan yang tahu.
o











en.wikipedia.org/wiki/Wikiquote:socrates

Apakah Kita Tahu Tidak?

Saya pikir jawaban simplist adalah kita tahu NOTHING tentang gravitasi.
hanya ada teori tentang apa sebenarnya gravitasi ... semua kita tahu dampaknya.
misalnya Maya tahu dengan akurasi yang sempurna atau hampir tentang perilaku
matahari sedemikian rupa sehingga mereka bisa memprediksi PreSession bumi.
Absolutly Buut mereka tidak tahu apa-apa TENTANG matahari, seperti fusi nuklir dan
foton.
Itu cukup banyak di mana kita berada pada saat ini. Kami memahami perilaku gravitasi
dengan tingkat akurasi yang luar biasa, namun kita tahu absolutly apa-apa tentang
gravitasi.



 Ini menyesatkan. Jika Anda melihat hati-hati di segala sesuatu yang Anda pikir Anda
tahu, Anda akan melihat bahwa semua yang Anda tahu adalah sebenarnya hanya
kemampuan Anda untuk menjelaskan sesuatu. Pengetahuan dari serangkaian sifat dan
perilaku dari sesuatu adalah apa yang merupakan kemampuan Anda untuk mengatakan
bahwa Anda tahu apa itu. Sekarang tidak berarti bahwa Anda tahu SEMUANYA tentang
itu, tapi jelas tidak memungkinkan Anda untuk mengatakan Anda tahu NOTHING
tentang hal itu.
Fisika hanya itu - kemampuan kita untuk menggambarkan perilaku dari suatu sistem.
Tidak ada bukti yang lebih besar untuk menunjukkan bahwa kita tahu sedikit tentang
sesuatu ketika kita dapat membuat prediksi kuantitatif dari apa sesuatu yang akan
dilakukan. Lihatlah elektronik modern Anda. Saya bahkan akan mengatakan bahwa kita
tahu lebih banyak tentang gravitasi dari yang Anda tahu lebih banyak tentang perilaku
kerabat terdekat.

www.physicsforums.com/showthread.php?t=249229






0 komentar:

Posting Komentar

Pages