NAMA : Rinanda Nur Rizki
NPM : 15110979
Kelas : 3KA21
NEGARA JEPANG
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon, nama resmi: 日本国 Nipponkoku/Nihonkoku dengarkan (bantuan·info)) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea,
dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok
pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya
di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.Jepang terdiri dari 6.852 pulau[9] yang membuatnya merupakan suatu kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de facto adalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu, sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan anggota-anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.
Sebagai negara maju di bidang ekonomi,[10] Jepang memiliki produk domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang memiliki kekuatan militer yang memadai lengkap dengan sistem pertahanan moderen seperti AEGIS serta suat armada besar kapal perusak. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang berada di peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di dunia. Sebagai negara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB.[11] Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika.
Etimologi
Jepang disebut Nippon atau Nihon dalam bahasa Jepang. Kedua kata ini ditulis dengan huruf kanji yang sama, yaitu 日本 (secara harfiah: asal-muasal matahari). Sebutan Nippon sering digunakan dalam urusan
resmi, termasuk nama negara dalam uang Jepang, prangko, dan pertandingan olahraga internasional. Sementara itu, sebutan Nihon
digunakan dalam urusan tidak resmi seperti pembicaraan sehari-hari.
Kata Nippon dan Nihon berarti
"negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang
dengan Dinasti Sui di Cina, dan merujuk kepada letak Jepang yang
berada di sebelah timur daratan Cina. Sebelum Jepang memiliki hubungan dengan
Cina, negara ini dikenal sebagai Yamato (大和).[12]
Di Cina pada zaman Tiga Negara, sebutan
untuk Jepang adalah negara Wa (倭).
Dalam bahasa Cina dialek Shanghai yang termasuk salah satu dialek
Wu, aksara Cina 日本
dibaca sebagai Zeppen ([zəʔpən]). Dalam dialek Wu, aksara 日 secara tidak resmi
dibaca sebagai [niʔ] sementara secara resmi dibaca sebagai [zəʔ]. Dalam
beberapa dialek Wu Selatan, 日本
dibaca sebagai [niʔpən] yang mirip dengan nama dalam bahasa Jepang.
Kata Jepang dalam bahasa Indonesia kemungkinan berasal dari bahasa Cina,
tepatnya bahasa Cina dialek Wu tersebut. Bahasa Melayu kuno juga
menyebut negara ini sebagai Jepang (namun ejaan bahasa Malaysia sekarang: Jepun). Kata Jepang dalam
bahasa Melayu ini kemudian dibawa ke Dunia Barat oleh pedagang Portugis, yang mengenal sebutan ini ketika berada di Malaka
pada abad ke-16. Mereka lah yang pertama kali memperkenalkan nama bahasa Melayu
tersebut ke Eropa. Dokumen tertua dalam bahasa Inggris yang menyebut tentang
Jepang adalah sepucuk surat dari tahun 1565, yang di dalamnya bertuliskan kata Giapan.[13]
Sejarah
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Sejarah Jepang
Prasejarah
Sebuah bejana dari periode Jomon Pertengahan (3000-2000 SM).
Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik Bawah. Setelah beberapa zaman es yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang
beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat (dengan Sakhalin di utara, dan kemungkinan Kyushu
di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia, hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina dan Korea.
Zaman Paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang telah dipoles yang
pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM.
Dengan berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya
periode yang lebih hangat, kebudayaan Jomon
muncul pada sekitar 11.000 SM, yang bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa
penduduk Jomon merupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu
masa kini.
Dimulainya periode Yayoi
pada sekitar 300 SM menandai kehadiran teknologi-teknologi baru seperti
bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan teknik pembuatan perkakas dari besi
dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau Korea.
Dalam sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut
dalam naskah sejarah klasik, Buku Han yang ditulis tahun 111.
Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun
pada sekitar tahun 250, yang bercirikan didirikannya negeri-negeri militer yang
kuat. Menurut Catatan Sejarah Tiga Negara,
negara paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku.
Zaman Klasik
Bagian sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis
dimulai pada abad ke-5 dan abad ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya dibawa masuk ke
Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.
Jepang dapat mengusir dua kali invasi Mongol ke Jepang
(1274 dan 1281)
Perkembangan selanjutnya Buddhisme di Jepang dan
seni ukir rupang sebagian besar dipengaruhi oleh Buddhisme Cina.[14]
Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa yang
menganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang,
dan menjadi agama yang populer di Jepang sejak zaman Asuka.[15]
Melalui perintah Reformasi Taika pada tahun 645,
Jepang menyusun ulang sistem pemerintahannya dengan mencontoh dari Cina. Hal
ini membuka jalan bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jepang hingga abad ke-19.
Periode Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang dengan kekuasaan yang
tersentralisasi. Ibu kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-kyo (kini Nara). Pada zaman Nara, Jepang secara terus
menerus mengadopsi praktik administrasi pemerintahan dari Cina. Salah satu
pencapaian terbesar sastra Jepang pada zaman Nara adalah selesainya buku
sejarah Jepang yang disebut Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).[16]
Pada tahun 784, Kaisar Kammu memindahkan ibu kota ke Nagaoka-kyō, dan berada di sana hanya selama 10 tahun. Setelah
itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-kyō (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-kyō
mengawali periode Heian yang merupakan masa keemasan
kebudayaan klasik asli Jepang, terutama di bidang seni,
puisi
dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik lagu kebangsaan Jepang Kimi ga Yo berasal dari periode Heian.[17]
Zaman Pertengahan
Sekelompok orang-orang Portugis dari periode Nanban, abad ke-17.
Abad pertengahan di Jepang merupakan zaman feodalisme yang ditandai oleh perebutan kekuasaan
antarkelompok penguasa yang terdiri dari ksatria yang disebut samurai. Pada tahun 1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan klan saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo
diangkat sebagai shogun, dan menjadikannya pemimpin militer yang berbagi kekuasaan
dengan Kaisar. Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut
Keshogunan Kamakura karena
pusat pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah
selatan Yokohama masa kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō membantu keshogunan sebagai shikken, yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan
serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan
1281. Meskipun secara politik terbilang stabil, Keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar.
Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga Takauji pada 1336.[18]
Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah
feodal (daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (Perang Ōnin) yang mengawali masa satu abad yang diwarnai
peperangan antarfaksi yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.[19]
Pada abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di
Jepang, dan mengawali pertukaran perniagaan dan kebudayaan yang aktif antara
Jepang dan Dunia Barat (Perdagangan dengan Nanban).
Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagai namban yang
berarti orang barbar dari selatan.
Salah satu kapal segel merah Jepang (1634) yang dipakai berdagang di Asia.
Oda Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo
pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang
sebelum tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi
menggantikan Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada
tahun 1590. Hideyoshi berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea,
namun gagal setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea
yang dibantu kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat,
pasukan Hideyoshi ditarik dari Semenanjung Korea pada tahun 1598.[20]
Sepeninggal Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi
Hideyori untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo
lain. Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara
tahun 1600, Ieyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan
militer yang didirikan Ieyasu di Edo (kini Tokyo)
disebut Keshogunan Tokugawa.
Keshogunan Tokugawa curiga terhadap kegiatan misionaris Katolik, dan melarang segala hubungan dengan orang-orang
Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima, Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai
kebijakan seperti undang-undang buke shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada
tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakoku
("negara tertutup") yang berlangsung selama dua setengah abad yang
disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang
terus mempelajari ilmu-ilmu dari Dunia Barat. Di Jepang, ilmu dari buku-buku
Barat disebut rangaku (ilmu belanda) karena berasal dari kontak orang
Jepang dengan enklave orang Belanda di Dejima, Nagasaki. Pada periode Edo,
orang Jepang juga memulai studi tentang Jepang, dan menamakan "studi
nasional" tentang Jepang sebagai kokugaku.[21]
Zaman Modern
Kekaisaran Jepang terdiri dari sebagian besar Asia
Timur dan Tenggara pada tahun 1942.
Pada 31 Maret 1854, kedatangan Komodor Matthew Perry dan "Kapal Hitam" Angkatan Laut Amerika Serikat
memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap Dunia Barat melalui Persetujuan Kanagawa.
Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara Barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik.
Kalangan samurai menganggap Keshogunan Tokugawa sudah melemah, dan mengadakan
pemberontakan hingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868.
Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan, kekuasaan dikembalikan ke tangan
kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus.
Semasa Restorasi Meiji, Jepang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer
dari Dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat Kaisar,
menyusun Konstitusi Meiji, dan
membentuk Parlemen Kekaisaran.
Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern dan sekaligus
kekuatan militer dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha
memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina
dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia
dalam Perang Rusia-Jepang,
Jepang menguasai Taiwan, separuh dari Sakhalin, dan Korea.[22]
Pada awal abad ke-20, Jepang mengalami "demokrasi Taisho" yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerisme
Jepang. Semasa Perang Dunia I, Jepang
berada di pihak Sekutu yang menang,
sehingga Jepang dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus
menjalankan politik ekspansionis dengan menduduki Manchuria pada tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar
dari Liga Bangsa-Bangsa setelah
mendapat kecaman internasional atas
pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936, Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern
dengan Jerman Nazi, dan bergabung bergabung bersama Jerman dan Italia
membentuk Blok Poros pada tahun 1941[23]
Pada tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945)
yang membuat Jepang dikenakan embargo minyak oleh Amerika Serikat[24]
Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
di Pearl Harbor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Serangan Pearl Harbor menyeret AS
ke dalam Perang Dunia II. Setelah
kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang
dimilikinya pada awal perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis
terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Setelah AS
menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu pada 15 Agustus 1945
(Hari Kemenangan atas Jepang).[25]
Perang membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan
rakyat di wilayah jajahan Jepang. Berjuta-juta orang tewas di negara-negara
Asia yang diduduki Jepang di bawah slogan Kemakmuran Bersama Asia.
Hampir semua industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak
Sekutu melakukan repatriasi besar-besaran etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki
Jepang.[26] Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh yang
diselenggarakan pihak Sekutu mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya
hukuman bagi sejumlah pemimpin Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang.
Pada tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan konstitusi baru,
Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi
berakhir pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco.[27]
Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting
di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa
secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.
Seusai Perang Dunia II, Jepang mengalami pertumbuhan
ekonomi yang pesat, dan menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi
terbesar nomor dua di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto
sebesar 10% per tahun selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang
berakhir pada awal tahun 1990-an setelah jatuhnya ekonomi
gelembung.[28]
Politik
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Pemerintah
Jepang
Parlemen
Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional
yang sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan
Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu
rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan
anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara
kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang.[29] Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik.
Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris.
Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis
Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih
secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah
dibubarkan. Majelis Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki
masa jabatan 6 tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang
berusia 20 tahun ke atas memiliki hak untuk memilih.[10]
Kabinet Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para
menteri. Perdana Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai
mayoritas di Majelis Rendah. Partai Demokrat Liberal
(LDP) berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu
terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya
berumur singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah
Partai Demokratik Jepang.[30]
Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan.
Perdana Menteri diangkat melalui pemilihan di antara anggota Parlemen.[31] Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi
masing-masing memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah
yang diutamakan. Pada praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas
di parlemen. Menteri-menteri kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar
Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan keputusan Parlemen Jepang[32],
dan memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri kabinet.[33]
Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah
untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.
Keluarga kekaisaran
Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko (tampak tengah),
serta Pangeran Naruhito dan istri (di sebelah kanan).
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Keluarga kekaisaran Jepang
Kaisar Akihito adalah Kaisar Jepang yang
sekarang. Kaisar Akihito naik takhta sebagai kaisar ke-125 setelah ayahandanya,
Kaisar Hirohito mangkat pada 7 Januari 1989. Upacara kenaikan tahta
Kaisar Akihito dilangsungkan pada 12 November 1990.[34]
Putra Mahkota Naruhito, menikah dengan Putri Mahkota Masako yang berasal dari kalangan rakyat biasa, dan dikaruniai
anak perempuan bernama Aiko (Putri Toshi). Adik dari Putra Mahkota Naruhito bernama Pangeran Akishino, menikah dengan Kiko Kawashima yang juga berasal dari rakyat biasa. Pangeran
Akishino memiliki dua anak perempuan (Putri Mako
dan Putri Kako),
serta anak laki-laki bernama Pangeran Hisahito.
Geografi
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Geografi Jepang
Gunung Fuji, bunga sakura,
dan shinkansen. Ketiganya merupakan simbol Jepang
Jepang memiliki lebih dari 3.000 pulau yang terletak
di pesisir Lautan Pasifik di timur
benua Asia. Istilah Kepulauan Jepang merujuk kepada empat pulau besar, dari utara
ke selatan, Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu, serta Kepulauan Ryukyu yang berada di selatan Kyushu. Sekitar 70%
hingga 80% dari wilayah Jepang terdiri dari pegunungan yang berhutan-hutan,[35][36]
dan cocok untuk pertanian, industri, serta permukiman. Daerah yang curam
berbahaya untuk dihuni karena risiko tanah longsor akibat gempa bumi, kondisi
tanah yang lunak, dan hujan lebat. Oleh karena itu, permukiman penduduk
terpusat di kawasan pesisir. Jepang termasuk salah satu negara
berpenduduk terpadat di dunia.[37]
Gempa bumi berkekuatan rendah dan sesekali letusan
gunung berapi sering dialami Jepang karena letaknya di atas Lingkaran Api Pasifik di
pertemuan tiga lempeng tektonik. Gempa bumi yang merusak sering menyebabkan tsunami. Setiap abadnya, di Jepang terjadi beberapa kali
tsunami.[38] Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di
Jepang adalah Gempa bumi Chūetsu 2004
dan Gempa bumi besar Hanshin
tahun 1995. Keadaan geografi menyebabkan Jepang memiliki banyak sumber mata air
panas, dan sebagian besar di antaranya telah dibangun sebagai daerah
tujuan wisata.[39]
Jepang berada di kawasan beriklim sedang dengan
pembagian empat musim yang jelas. Walaupun demikian, terdapat perbedaan iklim
yang mencolok antara wilayah bagian utara dan wilayah bagian selatan.[40] Pada musim dingin, Jepang bagian utara seperti Hokkaido mengalami
musim salju, namun sebaliknya wilayah Jepang bagian selatan beriklim subtropis.
Iklim juga dipengaruhi tiupan angin musim yang bertiup dari benua Asia
ke Lautan Pasifik pada musim dingin, dan sebaliknya pada musim
panas.
Iklim Jepang terbagi atas enam zona iklim:
- Hokkaido: Kawasan paling utara beriklim sedang dengan musim dingin yang panjang dan membekukan, serta musim panas yang sejuk. Presipitasi tidak besar, namun salju banyak turun ketika musim dingin.
- Laut Jepang: Di pantai barat Pulau Honshu, tiupan angin dari barat laut membawa salju yang sangat lebat. Pada musim panas, kawasan ini lebih sejuk dibandingkan kawasan Pasifik. Walaupun demikian, suhu di kawasan ini kadangkala dapat menjadi sangat tinggi akibat fenomena angin fohn.
- Dataran Tinggi Tengah: Wilayah ini beriklim pedalaman dengan perbedaan suhu rata-rata musim panas-musim dingin yang sangat mencolok. Perbedaan suhu antara malam hari dan siang hari juga sangat mencolok.
- Laut Pedalaman Seto: Barisan pegunungan di wilayah Chugoku dan Shikoku menghalangi jalur tiupan angin musim, sehingga kawasan ini sepanjang tahun beriklim sedang.
- Samudra Pasifik: Kawasan pesisir bagian timur Jepang mengalami musim dingin yang sangat dingin, namun tidak banyak turun salju. Sebaliknya, musim panas menjadi begitu lembap akibat tiupan angin musim dari tenggara.
- Kepulauan Ryukyu: Kepulauan di barat daya Jepang termasuk Kepulauan Ryukyu beriklim subtropis, hangat sewaktu musim dingin dan suhu yang tinggi sepanjang musim panas. Presipitasi sangat tinggi, terutama selama musim hujan. Taifun sangat sering terjadi.
Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Jepang adalah
40,9 °C (105,6 °F) pada 16 Agustus 2007.[41]
Musim hujan dimulai lebih
awal di Okinawa, yakni sejak awal Mei. Garis depan musim hujan bergerak ke
utara, namun berakhir di Jepang utara sebelum mencapai Hokkaido. Di sebagian
besar wilayah Honshu, awal musim hujan dimulai pertengahan Juni dan berlangsung
selama enam minggu. Taifun sering terjadi sepanjang September dan Oktober.
Penyebabnya adalah tekanan tropis di garis khatulistiwa yang bergerak dari
barat daya ke timur laut, dan sering membawa hujan yang sangat lebat.[40]
Hubungan luar negeri
dan militer
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Hubungan luar negeri Jepang, Pasukan Bela Diri Jepang,
dan Kementerian Pertahanan (Jepang)
Kapal pengangkut helikopter kelas Hyuga milik Angkatan Laut Bela Diri Jepang
Jepang memiliki hubungan ekonomi dan militer yang erat
dengan Amerika Serikat, dan
menjalankan kebijakan luar negeri
berdasarkan pakta keamanan Jepang-AS.[42]
Sejak diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tahun 1956, Jepang telah sepuluh kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB,
termasuk tahun 2009-2010.[43]
Jepang adalah salah satu negara G4 yang sedang mengusulkan perluasan anggota
tetap Dewan Keamanan PBB.[44]
Sebagai negara anggota G8, APEC, ASEAN Plus 3, dan
peserta Konferensi
Tingkat Tinggi Asia Timur, Jepang aktif dalam hubungan internasional
dan mempererat persahabatan Jepang dengan negara-negara lain di seluruh dunia.
Pakta pertahanan dengan Australia ditandatangani pada Maret 2007,[45]
dan dengan India pada Oktober 2008.[46]
Pada tahun 2007, Jepang adalah negara donor Bantuan Pembangunan Resmi
(ODA) terbesar kelima di dunia.[47]
Negara penerima bantuan ODA terbesar dari Jepang adalah Indonesia, dengan total
bantuan lebih dari AS$29,5 miliar dari tahun 1960 hingga 2006.[48]
Jepang bersengketa dengan Rusia
mengenai Kepulauan Kuril[49]
dan dengan Korea Selatan mengenai Batu Liancourt[50].
Kepulauan Senkaku yang di
bawah pemerintahan Jepang dipermasalahkan oleh Republik Rakyat Cina dan Taiwan.[51]
Pasal 9 Konstitusi Jepang
berisi penolakan terhadap perang dan penggunaan kekuatan bersenjata untuk
menyelesaikan persengketaan internasional. Pasal 9 Ayat 2 berisi pelarangan
kepemilikan angkatan bersenjata dan penolakan atas hak keterlibatan dalam
perang.[52][53] Jepang memiliki Pasukan Bela Diri yang berada di bawah Kementerian Pertahanan,
dan terdiri dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang
(JGSDF), Angkatan Laut Bela Diri Jepang
(JMSDF), dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang
(JASDF). Pada tahun 1991, kapal penyapu ranjau
Angkatan Laut Bela Diri Jepang ikut membersihkan ranjau laut di Teluk Persia (lepas pantai Kuwait)
bersama kapal penyapu ranjau dari delapan negara.[54][55]
Atas permintaan Pemerintahan
Transisi PBB di Kamboja (1992-1993), Jepang mengirimkan pengamat
gencatan senjata, pemantau pemilihan umum, polisi sipil, dan dukungan logistik
seperti perbaikan jalan dan jembatan.[56]
Di Irak, pasukan nontempur Jepang membantu misi kemanusiaan dan
kegiatan rekonstruksi infrastruktur mulai Desember 2003 hingga Februari 2009.[57][58][59]
Prefektur dan daerah
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Prefektur Jepang
Peta prefektur di Jepang berikut kode ISO 3166-2:JP
Jepang terdiri dari 47 prefektur yang masing-masing diperintah oleh gubernur bersama
dewan legislatif daerah. Dari utara ke selatan, prefektur-prefektur ini adalah:
- Hokkaido
- Aomori
- Iwate
- Miyagi
- Akita
- Yamagata
- Fukushima
- Ibaraki
- Tochigi
- Gunma
- Saitama
- Chiba
- Tokyo
- Kanagawa
- Niigata
- Toyama
- Ishikawa
- Fukui
- Yamanashi
- Nagano
- Gifu
- Shizuoka
- Aichi
- Mie
- Shiga
- Kyoto
- Osaka
- Hyogo
- Nara
- Wakayama
- Tottori
- Shimane
- Okayama
- Hiroshima
- Yamaguchi
- Tokushima
- Kagawa
- Ehime
- Kochi
- Fukuoka
- Saga
- Nagasaki
- Kumamoto
- Oita
- Miyazaki
- Kagoshima
- Okinawa
Dalam pembagian wilayah menurut letak geografis,
Jepang dibagi menjadi 10 wilayah, yakni: Hokkaido, Tohoku, Hokuriku, Kanto, Chubu,
Kansai (Kinki), Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Kepulauan Ryukyu.
Ekonomi
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Ekonomi Jepang
Bursa Saham Tokyo, bursa efek terbesar nomor dua di dunia.
Sejak periode Meiji (1868-1912), Jepang mulai menganut ekonomi pasar bebas dan mengadopsi kapitalisme model Inggris dan Amerika Serikat. Sistem
pendidikan Barat diterapkan di Jepang, dan ribuan orang Jepang dikirim ke
Amerika Serikat dan Eropa untuk belajar. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan
Amerika didatangkan sebagai tenaga pengajar di Jepang.[60] Pada awal periode Meiji, pemerintah membangun jalan
kereta api, jalan raya, dan memulai reformasi kepemilikan tanah. Pemerintah
membangun pabrik dan galangan kapal untuk dijual kepada swasta dengan harga
murah. Sebagian dari perusahaan yang didirikan pada periode Meiji berkembang
menjadi zaibatsu, dan beberapa di antaranya masih beroperasi
hingga kini.[60]
Pertumbuhan ekonomi riil dari tahun 1960-an hingga
1980-an sering disebut "keajaiban
ekonomi Jepang", yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5%
pada tahun 1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an.[60] Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor
otomotif dan barang elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi
surplus neraca perdagangan yang mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah ditandatanganinya
Perjanjian Plaza 1985, dolar AS mengalami depresiasi terhadap
yen. Pada Februari 1987, tingkat diskonto resmi diturunkan hingga 2,5% agar
produk manufaktur Jepang bisa kembali kompetitif setelah terjadi kemerosotan
volume ekspor akibat menguatnya yen. Akibatnya, terjadi surplus likuiditas dan penciptaan uang dalam jumlah besar. Spekulasi menyebabkan
harga saham dan realestat terus meningkat, dan berakibat
pada penggelembungan
harga aset. Harga tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat adanya
"mitos tanah" bahwa harga tanah tidak akan jatuh.[28] Ekonomi gelembung Jepang jatuh pada awal tahun
1990-an akibat kebijakan uang ketat yang
dikeluarkan Bank of Japan pada 1989, dan kenaikan
tingkat diskonto resmi menjadi 6%.[28] Pada 1990, pemerintah mengeluarkan sistem baru
pajak penguasaan tanah dan bank diminta untuk membatasi pendanaan aset
properti. Indeks rata-rata Nikkei
dan harga tanah jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990.[28] Pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi pada
1990-an, dengan angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7% sebagai
akibat penanaman modal yang tidak efisien dan penggelembungan harga aset pada
1980-an. Institusi keuangan menanggung kredit bermasalah karena telah mengeluarkan pinjaman uang
dengan jaminan tanah atau saham. Usaha pemerintah mengembalikan pertumbuhan
ekonomi hanya sedikit yang berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan ekonomi global pada tahun 2000.[61]
Jepang adalah perekonomian terbesar nomor
dua di dunia setelah Amerika Serikat, Jepang bersama Jerman
dan Korea Selatan adalah 3 negara yang pernah mencatatkan diri
sebagai negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah
dunia,[62] dengan PDB nominal sekitar AS$4,5
triliun.[62], dan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS
dan Republik Rakyat Cina dalam
keseimbangan kemampuan
berbelanja.[63]
Industri utama Jepang adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis eceran, transportasi, telekomunikasi, dan konstruksi.[64]
Jepang memiliki industri berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik, mesin perkakas, baja dan logam
non-besi, perkapalan, industri kimia, tekstil, dan pengolahan makanan.[61] Sebesar tiga perempat dari produk domestik bruto
Jepang berasal dari sektor jasa.
Distrik Minato Mirai 21 di Yokohama. Ekonomi Jepang sangat mengandalkan sektor jasa.
Hingga tahun 2001, jumlah angkatan kerja Jepang
mencapai 67 juta orang.[65]
Tingkat
pengangguran di Jepang sekitar 4%. Pada tahun 2007, Jepang menempati
urutan ke-19 dalam produktivitas tenaga kerja.[66]
Menurut indeks Big Mac, tenaga
kerja di Jepang mendapat upah per jam terbesar di dunia. Toyota Motor, Mitsubishi UFJ Financial, Nintendo, NTT DoCoMo, Nippon Telegraph &
Telephone, Canon, Matsushita Electric Industrial,
Honda, Mitsubishi Corporation,
dan Sumitomo Mitsui Financial
adalah 10 besar perusahaan Jepang pada tahun 2008.[67]
Sejumlah 326 perusahaan Jepang masuk ke dalam daftar Forbes Global 2000 atau
16,3% dari 2000 perusahaan publik terbesar di dunia (data tahun 2006).[68]
Bursa Saham Tokyo memiliki
total kapitalisasi pasar terbesar
nomor dua di dunia. Indeks dari 225 saham perusahaan besar yang diperdagangkan
di Bursa Saham Tokyo disebut Nikkei 225.[69]
Dalam Indeks Kemudahan Berbisnis,
Jepang menempati peringkat ke-12, dan termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi paling sederhana. Kapitalisme model Jepang memiliki sejumlah ciri khas. Keiretsu adalah grup usaha yang beranggotakan perusahaan yang
saling memiliki kerja sama bisnis dan kepemilikan saham. Negosiasi upah (shuntō) berikut perbaikan kondisi kerja antara manajemen
dan serikat buruh dilakukan setiap awal musim semi. Budaya bisnis Jepang mengenal konsep-konsep lokal,
seperti Sistem Nenkō, nemawashi, salaryman, dan office lady. Perusahaan di Jepang mengenal kenaikan
pangkat berdasarkan senioritas dan jaminan pekerjaan seumur hidup.[70][71]
Kejatuhan ekonomi gelembung yang diikuti kebangkrutan besar-besaran dan
pemutusan hubungan kerja menyebabkan jaminan pekerjaan seumur hidup mulai
ditinggalkan.[72][73] Perusahaan Jepang dikenal dengan metode manajemen
seperti The Toyota Way. Aktivisme pemegang saham
sangat jarang.[74] Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi,
Jepang menempati urutan ke-5 negara paling laissez-faire di antara 41 negara Asia Pasifik.[75]
Mobil hibrida Toyota Prius. Produk otomotif dan elektronik adalah komoditas ekspor
unggulan Jepang.
Total ekspor Jepang pada tahun 2005 adalah 4.210 dolar AS per kapita. Pasar ekspor terbesar Jepang tahun
2006 adalah Amerika Serikat 22,8%, Uni Eropa 14,5%, Cina 14,3%, Korea Selatan 7,8%, Taiwan 6,8%, dan Hong Kong 5,6%. Produk ekspor unggulan Jepang adalah alat
transportasi, kendaraan bermotor, elektronik, mesin-mesin listrik, dan bahan kimia.[61] Negara sumber impor terbesar bagi Jepang pada tahun
2006 adalah Cina 20,5%, AS 12,0%, Uni Eropa 10,3%, Arab Saudi 6,4%, Uni Emirat Arab 5,5%, Australia 4,8%, Korea Selatan 4,7%, dan Indonesia 4,2%. Impor utama Jepang adalah mesin-mesin dan
perkakas, minyak bumi, bahan makanan, tekstil, dan bahan mentah untuk industri.[61]
Jepang adalah negara pengimpor hasil laut terbesar di
dunia (senilai AS$ 14 miliar).[76]
Jepang berada di peringkat ke-6 setelah RRC, Peru,
Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili, dengan total tangkapan ikan yang terus
menurun sejak 1996.[77][78]
Pertanian adalah sektor industri andalan hingga
beberapa tahun seusai Perang Dunia II. Menurut
sensus tahun 1950, sekitar 50% angkatan kerja berada di bidang pertanian.
Sepanjang "masa keajaiban ekonomi Jepang", angkatan kerja di bidang
pertanian terus menyusut hingga sekitar 4,1% pada tahun 2008.[79]
Pada Februari 2007 terdapat 1.813.000 keluarga petani komersial, namun di
antaranya hanya kurang dari 21,2% atau 387.000 keluarga petani pengusaha.[80] Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah
berusia lanjut, sementara angkatan kerja usia muda hanya sedikit yang bekerja
di bidang pertanian.[81][82]
Diperkirakan oleh pengamat ekonomi bahwa, Jepang
bersama Korea Selatan, India
dan RRC akan benar-benar mendominasi dunia ditahun 2030 dan
mematahkan dominasi barat atas perekonomian dunia.
Demografi
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: demografi Jepang, bahasa Jepang, bangsa Jepang, masalah ras di
Jepang, dan agama di Jepang
Pemandangan perempatan Shibuya pada malam hari. Perempatan Shibuya dikenal
sangat ramai dengan penyeberang jalan.
Populasi Jepang diperkirakan sekitar 127,614 juta
orang (perkiraan 1 Februari 2009).[83] Masyarakat Jepang homogen dalam etnis,
budaya dan bahasa, dengan sedikit populasi pekerja
asing. Di antara sedikit penduduk minoritas di Jepang terdapat orang Korea Zainichi,[84]
Cina Zainichi,
orang Filipina, orang
Brazil-Jepang[85],
dan orang
Peru-Jepang.[86]
Pada 2003, ada sekitar 136.000 orang Barat yang menjadi ekspatriat di Jepang.[87]
Kewarganegaraan Jepang diberikan kepada bayi yang
dilahirkan dari ayah atau ibu berkewarganegaraan Jepang, ayah
berkewarganegaraan Jepang yang wafat sebelum bayi lahir, atau bayi yang lahir
di Jepang dengan ayah/ibu tidak diketahui/tidak memiliki kewarganegaraan.[88]
Suku bangsa yang paling dominan adalah penduduk asli yang
disebut suku Yamato dan kelompok minoritas utama
yang terdiri dari penduduk asli suku Ainu[89]
dan Ryukyu,
ditambah kelompok minoritas secara sosial yang disebut burakumin.[90]
Pada tahun 2006, tingkat harapan hidup di Jepang adalah 81,25 tahun, dan merupakan
salah satu tingkat harapan hidup tertinggi di dunia.[91]
Namun populasi Jepang dengan cepat menua sebagai dampak dari ledakan kelahiran
pascaperang diikuti dengan penurunan tingkat kelahiran. Pada tahun
2004, sekitar 19,5% dari populasi Jepang sudah berusia di atas 65 tahun.[92]
Perubahan dalam struktur demografi menyebabkan
sejumlah masalah sosial, terutama kecenderungan menurunnya populasi angkatan
kerja dan meningkatnya biaya jaminan sosial seperti uang pensiun. Masalah lain termasuk meningkatkan generasi muda
yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki keluarga ketika
dewasa.[93] Populasi Jepang dikhawatirkan akan merosot menjadi
100 juta pada tahun 2050 dan makin menurun hingga 64 juta pada tahun 2100.[92] Pakar demografi dan pejabat pemerintah kini dalam
perdebatan hangat mengenai cara menangani masalah penurunan jumlah penduduk.[93] Imigrasi dan insentif uang untuk kelahiran
bayi sering disarankan sebagai pemecahan masalah penduduk Jepang yang semakin
menua.[94][95]
Perkiraan tertinggi jumlah penganut agama Buddha sekaligus Shinto
adalah 84-96% yang menunjukkan besarnya jumlah penganut sinkretisme dari kedua
agama tersebut.[10][96] Walaupun demikian, perkiraan tersebut hanya
didasarkan pada jumlah orang yang diperkirakan ada hubungan dengan kuil, dan
bukan jumlah penduduk yang sungguh-sungguh menganut kedua agama tersebut.[97] Professor Robert Kisala (dari Universitas Nanzan)
memperkirakan hanya 30% dari penduduk Jepang yang mengaku menganut suatu agama.[97]
Taoisme dan Konfusianisme dari Cina juga memengaruhi kepercayaan dan
tradisi Jepang. Agama di Jepang cenderung bersifat sinkretisme dengan hasil berupa berbagai macam tradisi,
seperti orang tua membawa anak-anak ke upacara Shinto,
pelajar berdoa di kuil Shinto meminta lulus ujian,
pernikahan ala Barat di kapel atau gereja
Kristen, sementara pemakaman diurus oleh kuil Buddha. Penduduk beragama Kristen hanya minoritas sejumlah (2.595.397 juta atau 2,04%).[98]
Kebanyakan orang Jepang mengambil sikap tidak peduli terhadap agama
dan melihat agama sebagai budaya dan tradisi. Bila ditanya mengenai agama, mereka akan mengatakan
bahwa mereka beragama Buddha hanya karena nenek moyang mereka
menganut salah satu sekte agama Buddha. Selain itu, di Jepang sejak pertengahan
abad ke-19 bermunculan berbagai sekte agama baru (Shinshūkyō)
seperti Tenrikyo dan Aum Shinrikyo (atau Aleph).
Lebih dari 99% penduduk Jepang berbicara bahasa Jepang sebagai bahasa ibu.[83] Bahasa Jepang adalah bahasa aglutinatif dengan tuturan hormat (kata honorifik) yang mencerminkan hirarki
dalam masyarakat Jepang. Pemilihan kata kerja dan kosa kata menunjukkan status
pembicara dan pendengar. Menurut kamus bahasa
Jepang Shinsen-kokugojiten, kosa kata dari Cina berjumlah
sekitar 49,1% dari kosa kata keseluruhan, kata-kata asli Jepang hanya 33,8% dan
kata serapan sekitar 8,8%.[99]
Bahasa Jepang
ditulis memakai aksara kanji, hiragana, dan katakana, ditambah huruf Latin dan penulisan angka Arab. Bahasa Ryukyu yang juga termasuk salah satu keluarga bahasa Japonik dipakai orang Okinawa, tapi hanya sedikit dipelajari anak-anak.[100] Bahasa Ainu adalah bahasa mati dengan hanya sedikit penutur asli yang sudah berusia lanjut di Hokkaido.[101] Murid sekolah negeri dan swasta di Jepang hanya
diharuskan belajar bahasa Jepang dan bahasa Inggris.[102]
http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang
0 komentar:
Posting Komentar